Bahasa Sangihe
Bab 1
Huruf dan Sukukata
1.2 Huruf
Vokal: a e é i o u.
e dilafalkan seperti e di kata “beras”, é dilafalkan seperti e di kata “beres”.
b d g gh h i k l ļ m n ng p r s t w.
l dilafalkan dengan ujung lidah di belakang gigi, ļ dilafalkan dengan ujung lidah ke langit-langit.
1.3 Sukukata
- Sukukata yang terbuka adalah sukukata yang berakhir dengan vokal;
- Sukukata yang tertutup adalah sukukata yang berakhir dengan konsonan – juga kalau konsonan kehilangan, sukukata itu merupakan sukukata tertutup (setengah tertutup): ana' (anak – k hilang).
Penutup (konsonan yang terhilang) ditanda dengan '.
Di depan l, m, n, penutup hilang, kalau tanpa aksen, e' menjadi e me'-liwua > meliwua, me'munara > memunara, me'nalang > menalang;
kalau ada aksen, penutup ' hilang menduakan huruf berikutnya:
se'lahe' > sellahe' – kaselaheng te'mude' > temmude' - katemudang te'nung > tennung – katenungang
Kalau sukukata berakhir dengan m, n, ng, itu merupakan sukukata tertutup longgar.
Ubahan bunyi
1.4 Vokal
ai > Mang. é, kecuali kalau aksen terletak pada a Kal., Kend., toļai > Mang. toļé (ékor).
e di depan vokal hilang, e di belakang vokal berpadu dengan vokal itu:
himukude u taumata > himukud' u taumata - kaeng > kâng.
e' – kalau ada e' dalam dua katasuku yang berturut-turut, e' dalam katasuku yang pertama menjadi e di depan b, d, g:
me'-be'béra > mebe'béra, me'-de'dorong > mede'dorong, me'-ge'gio > mege'gio,
tetapi me'-te'tiki' tinggal me'te'tiki'.
Dalam keadaan ini b, d, g tidak berubah – lihat 1.5.
.
1.5 Konsonan ṛ (r dengan suara tekak/garau) > h di Mang.: Taṛuna > Tahuna.
Di belakang sukukata terbuka (juga dalam kalimat kalau kata di depan berakhir dengan sukukata terbuka):
b > w – d > r – g > gh
béra, me'béra, bawéra – baļé, ku' baļé, su waļé
daļéng, du'daļéng, su raļéng, makaraļéng – dalo, me'dalo, daralo gé'llé, maghé'llé – gati, su ghati – gurang, gaghurang
n > ng di akhir kata dan di depan konsonan dengan suara tekak (g, gh, k); juga akhiran -n dilafalkan ng di depan kata yang berawal dengan vokal, tetapi tetap ditulis -n:
ditulis batun ambong – dilafalkan batung ambong.
1.6 Nasalisasi
Beberapa awilan menyebabkan nasalisasi, ubahan huruf yang di belakang awilan, misalnya ma*-/me*-; tanda * merupakan tanda nasalisasi dalam rumus awilan itu.
Di depan k, b, p, s, t, vokal, maka vokal awilan ialah selalu a, di depan huruf lain, vokal selalu e:
ma*k > mang | ma*vokal > mang | me* > mend |
ma*b > mam | me*g > mengg | |
ma*p > mam | me*h > meh | |
ma*s > man | me*l > mel | |
ma*t > man | me*n > men |
1.7 Reduplikasi
Reduplikasi adalah pengulangan huruf pertama dari sukukata, dengan vokal a atau e'.
Rumus: #a-, #e'-, dengan # sebagai tanda huruf yang diduakan: #a-kumpang – kakumpang Kalau reduplikasi dibuat dengan vokal a:
bab- > baw- -- dad- > dar- -- gag- > gagh- -- lal- > laļ atau daļ,
kalau h atau vokal: hah- > lah, vokal-vokal > la-vokal, kalau ada awilan dengan nasalisasi di depan vokal, nasalisasi itu digunakan untuk reduplikasi:
ma-#a*-aļa' > mangangaļa'.
Dengan vokal e' tidak ada ubahan:
be'b – de'd – ge'g – le'l – dsb.
Aksen
1.8 Aksen terletak di sukukata dasar yang sebelum sukukata yang terakhir; -ĕ' di belakang konsonan terakhir tidak terhitung seperti sukukata:
buḷudĕ', himukudě'
Awalan dan sisipan tidak mempengaruhi letak aksen; beberapa akhiran menyebabkan penggeseran aksen:
1.8.1. Dengan akhiran -ang, -eng aksen digeser ke belakang:
daļéng – daraļéngang, dé'sung – daré'sungang,
-é' di belakang konsonan terakhir hilang di depan akhiran itu:
buļude' - bawuļudâng, burase – bawurasêng,
kalau kata dasar berakhir dengan vokal yang berpadu dengan akhiran itu, maka aksen terletak di sukukata yang terlebur:
banua - bawanuâng, taho – tatahông.
1.8.2. Dengan akhiran -ku, -u/-nu, -é/-né (-ku, -mu, -nya) aksen tinggal di tempatnya, kalau akhiran berada di belakang sukukata tertutup:
aréng – aréngku; bara' – bara'u; ana' - ana'é
aksen digeser ke belakang, kalau akhiran berada di belakang suku tata terbuka:
baļé – baļéku; tuari – tuarinu; soa -soané
1.8.3. Akhiran 'é, -ké (tanda tekanan, lihat 1.11) yang di belakang sukukata terbuka itu menyebabkan penggeseran aksen:
ne'béra - ne'béra'é; nakiwaļo - nakiwaļo'é; ne'línda - né'lindá'e
kalau akhiran itu berada di belakang sukukata tertutup, aksen tinggal di tempatnya:
nendéno' – nendéno'é; nangala' - nangala'é -é' di belakang kata hilang di depan kata tekanan:
ne'kahudé' – ne'kahudé'-'é > ne'kahudé
akhiran ini mendapat rupa -ké di belakang nasal -ng:
nangurung - nangurungké
1.8.4. Akhiran -é, -i di belakang kata kerja berbentuk imperatif (perintah) pasif (lihat bab kata kerja): aksen selalu terletak di sukukata yang di depan akhirannya:
kariadi – kariadié; ténno - pakiténnoi; aļa´ - aļaké; koa – koaté.
Akhiran lain tidak mempengaruhi letak aksen.
1.8.5. Kata adverbia dan kata partikel yang artinya berubah di tempat lain dalam kalimat, juga mengubah letak aksennya:
éné – éné; tangu – tangu; uté - uté
1.8.6. Vokatif dari nama diri, nama keluarga dan gelar diberi aksen di sukukata yang terakhir: mawu! amang! mananéntiro!
Kalau ada kata adjektiva, kelompok kata itu dianggap seperti kesatuan dengan satu aksen: mawu mapia!
1.9 Awalan ni-
Awalan ni- di depan huruf b, k, p, t, s berubah menjadi -in- di belakang huruf itu:
b-in-ohe' daripada ni-wohe' t-in-utung < ni-tutung k-in-oa' < ni-koa' s-in-usu < ni-susu p-in-até < ni-paté Dengan huruf lain gejala itu paling langka:
d-in-éno' < ni-réno' h-in-épése' < ni-hépése' g-in-e'de' < ni-ghe'de' l-in-ihi' < ni-lihi'
Namun dengan awalan gejala itu biasa:
k-in-a- < ni-ka- p-in-e'tengka- < ni-pe'tengka p-in-aki- < ni-paki- p-in-e'papa- < ni-pe'papap-in-aka- < ni-paka-
1.10 Akhiran -ang/-éng
Akhiran -ang yang biasa; akhiran -eng digunakan kalau di dalam sukukata di depan ada vokal a:
buļude' - bawuļudang burase' - bawuraséng
Dengan sukukata setengah tertutup (lihat 1.3) di depan akhiran ini, ditambah huruf perpisahan antara vokal sukukata dan akhiran – k, t, atau huruf asli yang hilang:
mangaļa' - iaļakéng mendiko' - irikotang
dengan huruf asli:
se'da' (mane'da') - se'dapéng
Dengan sukukata terbuka di depan akhiran, vokal a, e, o berpadu dengan akhiran menjadi -âng, -êng, -ông; vokal i, u tidak berpadu:
buala - bembualâng bati paamatiang iruļé - pangangiruļêng e'du pangange'duang taho - tatahông
Dengan o' kadang-kadang juga ada perpaduan:
pendarénông – pendarénokang (déno') Dengan é' sangat jarang ada perpaduan:
pangangumbélêng – pangangumbélékang (bélé, mangumbélé')
Huruf -e' yang di belakang kata (lihat 1.8.1) hilang di depan akhiran ini.
Kadang-kadang huruf terakhir ng menjadi n untuk mengindari dua kali ng berturut-turut:
mendangéng - darangenang Akhir vokal u huruf ng menjadi m:
iruļung - pangangiruļumang Lihat 1.8.1 tentang aksen.
1.11 Tanda tekanan
Tanda tekanan menekan kata yang di depan tanda itu:
bué, -bé/-wé “kan” dan lainnya. ko
-é, -ké
belum selesai
Bab 2
Kata Kerja
2.1 Skema bentuk (tasrif)
Aktif | Jamak | |||
---|---|---|---|---|
Bentuk umum | mang-aļa | ma* | mempangaļa | mempangaļa |
Bentuk umum | mang-aļa | ma* | mempangaļa | mempangaļa |
Pasif |
---|
Bentuk Umum |
2.2 Makna dan pemakaian bentuk kata kerja
Bentuk umum: peristiwa, hal yang terjadi, yang seseorang membuat, yang biasa, yang akan terjadi, yang seorang akan/mau membuat; yang terjadi atau yang
seseorang membuat di masa depan – bentuk ini juga digunakan sebagai kata benda.
Kalau di masa depan, itu bisa dijelaskan dengan kata:
sarung menekankan bahwa peristiwa tidak di masa kini atau masa lalu,
he'do - “nanti” - peristiwa pasti akan terjadi di masa depan. Bentuk perintah: harus
terjadi/dibuat sekarang
Duratif: peristiwa, hal yang tengah kejadiannya, yang seorang sedang membuat, yang belum selesai;
dengan kai: masa kini,
dengan
na'un: masa lalu.
Bentuk perintah: harus terjadi/dibuat selalu.
Bentuk menyangkal: belum terjadi, belum (sedang) dibuat.
Perfektif: peristiwa, hal yang sudah selesai, yang seseorang telah membuat;
dengan kai: hal, peristiwa yang dalam keadaan penyeselaian di masa kini,
dengan
na'un (bo'u): peristiwa yang sudah terjadi, yang seseorang telah membuat,
dengan kai wo'u:
peristiwa yang dalam keadaan penyeselaian di masa lalu
Bentuk menyangkal: belum terjadi
di masa lalu – contoh untuk melihat beda:
i sié tawé nangala' dia tidak dalam keadaan penyeselaian “mengambil” (bentuk pefektif)
i sié
tawé na'ngala' dia belum dalam keadaan penyeselaian “mengambil” (bentuk menyangkal)
i sié
na'un tawé na'ngala' di masa lalu dia belum dalam keadaan penyeselaian “mengambil” peristiwa
yang di masa depan, itu dapat dikatakan hanya dengan bentuk umum.
Bentuk perintah: biasanya dengan -ko, untuk pelembutan: pangala'ko – ambillah, dengan dako'(-ko) di depan: dako'ko pangala' – cobalah mengambil Bentuk perintah umum dengan tanda tekanan : “harus sekarang”: - pangala'é – ambil terus. Bentuk perintah duratif: “harus selalu”.
Pelarangan:
dengan bentuk perintah duratif: “jangan pernah” - ai' pa'ngaļa' – jangan pernah mengambil
Peringatan untuk tidak membuat sesuatu
pakapia, pakapia wué, pakapiawé, kapiawé, piawé, kapia, pia; lebih keras:
karié' (kurang keras: karié'bé) dengan bentuk umum.
Kurang kasar tetapi sama keras: kumbahang dengan bentuk umum.
Peringatan untuk tidak terlalu membuat sesuatu: abé di depan kata dasar dengan reduplikasi ganda
(#a#a): | dau (jauh) | abé rararau jangan terlalu jauh! |
me-luta' (menumbuk) | abé raraļuta' jangan tumbuk terlalu halus |
2.3 Penyusunan bentuk kata kerja
Bentuk umum: dengan
awalan (prefiks):
2.3.1 ma*-/me*- kata kerja transitif; ada beberapa kekecualian yang intransitif.
ma'*-/me'#e*na*-/ | bentuk duratif (menyangkal: ma#a*-/me*-#a-) |
e*pa*-/pe*- | bentuk perfektif (menyangkal: na'*-/ne'#e*-) |
m-emp-a*-/m-emp-e*- | bentuk perintah (duratif: pa'*-/pe'#e*-) bentuk jamak |
pa#a*/pe#a*- bentuk nominal: “ketika atau cara pembuatan/kejadian”:
aļa' – pangangaļa'boso – pamamoso hiking – pelahiking su pangangaļa'é piso' é, ia' tawe'dise na'ung mapia-pia mengkai, pelahikingé rario' éné
Tasrif ma*-:
lihat 2.1 me*-:
Aktif | |
---|---|
Bentuk umum perintah | Bentuk umum perintah |
Pasif | |
---|---|
Bentuk umum perintah | Bentuk umum perintah |
2.3.2 me'- kata kerja intransitif; ada beberapa kekecualian yang transitif.
me#e'ne' | bentuk duratif (menyangkal: me'#a-) |
pe'#a- bentuk nominal: “ketika atau cara pembuatan/kejadian”:
me'bua– pe'bawua su pe'bawua'é soļong Manaro é
Di depan huruf h, l m, n me'- > me-, ne' > ne-, dan seterusnya.
Percakapan
contoh : maning kamene sarang apeng, ia tumore eng
arti : kalo ngoni mo pigi pante, qt m iko neh
contoh lain :
maning lai elo" kau memisa, maning kalakuangu tetape kere, tawe apa gunane.
arti : biarleh hari-hari ng m maso gereja, kalo ng p kelakuan tetap begitu, nyanda dpe guna
Komentar
Posting Komentar